Minggu, 07 Oktober 2012

REFLEKSI PERTAMA




Filsafat ialah olah pikir yang refleksif. Filsafat sejatinya menirukan terminologi dunia. Kata dunia dapat di tempatkan di depan apapun seperti dunia politik, dunia sore, dunia pagi, dunia malam, dunia hiburan, dunia olahraga, dunia tumbuhan dan lain sebagainya. Layaknya dunia, filsafat pun dapat di tempatkan di depan apapun yaitu seperti filsafat manusia, filsafat tumbuhan, filsafat pegadaian dan lain sebagainya. Filsafat itu adalah olah pikir yang refleksif dengan olah pikir yang refleksif itulah kita bisa memikirkan apapun yang kita bisa. Kita dapat memikirkan Tuhan secara terbatas namun dalam memikirkannya kita harus berhati-hati.

Filsafat adalah ilmu multirupa yaitu ilmu yang paling dekat dengan kita. Ilmu tersebut bisa sangat jauh, dekat, membahayakan dan lain sebagainya. Bahasa yang digunakan dalam filsafat adalah bahasa analog dan objek yang dipelajaai adalah yang ada dan yang mungkin ada. Belajar filsafat berarti belajar tentang tatacara atau aturan atau adab yang telah ditentukan. Hal ini sama halnya dengan tatacara akan melaksanakan sholat. Hal yang harus dilakukan sebelum melaksanakan sholat adalah bersuci yaitu dengan berwudhu. Orang yang tidak mengerti dan tidak tahu tentang tatacara adalah orang yang biadab.

Pada dasarnya filsafat dapat didefinisikan sebagai banyak hal. Filsafat letaknya sangatlah tinggi sehingga setinggi-tinggi filsafat jangan sampai melampaoi atau melebihi spiritual. Karena filsafat adalah olah pikir yang refleksif maka setinggi-tinggi olah pikir manusia jangan sampai melalmpaoi atau melebihi keyakinannya atau keimanannya. Sebelum kita berfilsafat, ada beberapa adab atau tatacara berfilsafat yang harus diperhatikan, yaitu:

1.      Kedudukan filsafat dikaitkan dengan spiritual atau hubungan antara berdoa dengan pikiran.

Adab yang pertama ini sangatlah penting dan wajib dipatuhi. Dasar utama atau pondasi utama yang harus dimiliki orang yang akan berfilsafat adalah spiritual. Ibarat berjalan 2 langkah maka 20 langkah berdoa, ibarat berjalan 5 langkah maka 50 langkah berdoa dan begitulah seterusnya.Spritual yang tinggi akan membantu orang tersebut dalam berfilsafat yang sehat sehingga tidak terjebak dalam filsafat yang sesat. Oleh karena itulah, sebelum kita berfilsafat hendaknya berdoa terlebih dulu untuk meminta petunjuk dan memohon ampun kepada Allah Swt. Setelah selesai berfilsafat pun kita hendaknya bersyukur dan memohon petunjuk serta ampun kepada Allah Swt.

2.      Filsafat itu hidup.

Karena filsafat itu hidup maka metode yang digunakan untuk mempelajari filsafat adalah metode hidup. Maka untuk mengetahui apa itu metode hidup tengoklah semua hal yang ada di luar sana yaitu lingkungan sekitarmu. Catatlah dan pelajarilah segala macam ciptaan Tuhan. Karena metode yang digunakan adalah metode hidup maka munculah yang namanya hidup sehat dan hidup yang tidak sehat dan ada juga hidup yag bahagia begitu juga dengan filsafat ada filsafat yang sehat dan ada juga filsafat yang tidak sehat.
Contoh hidup yang tidak sehat antara lain jika ia sakit, menghilang secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan, datang secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan, tergesa-gesa, terpaksa, memaksa, dan lain sebagainya. Contoh hidup yang sehat antara lain adalah orangnya beradab, tahu bagaimana memposisikan dirinya sesuai dengan ruang dan waktu. Karena metode hidup yang sehat antara lain adalah orangnya itu beradab maka berfilsafat yang sehat adalah beradab. Beradab artinya adalah berusaha untuk mengenal tatacara dan sopan santun.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa sebelum berfilsafat kita harus berdoa. Maka untuk berdoa diperlukan keadaan jasmani dan rohani yang sehat. Jika Anda sakit maka kegiatan beribadah Anda akan terganggu. Supaya dapat berfilsafat secara sehat maka kenalilah dulu bagaimana tatacara berfilsafat yang sehat.
Karena filsafat itu hidup maka metode hidup yang dikenal dalam berfilsafat berkaitan dengan alat berfilsafat yaitu bahasa yang digunakan yakni analog. Obyek yang dipelajari dalam berfilsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Yang mungkin ada adalah sesuatu yang belum diketahui dan yang ada adalah sesutu yang telah diketahui, dapat dilihat, dirasakan, diraba dan lain seterusnya.

3.      Berfilsafat membersihkan diri.

Orang yang akan berfilsafat harus membersihkan diri dari pikiran-pikiran yang mengganggu sama halnya dengan orang yang akan melaksanakan sholat juga harus membersihkan diri dari pikiran-pikiran yang mengganggu. Orang yang akan berfilsafat harus berpikiran jernih. Syarat agar dapat berpikir secara jernih adalah badanya harus bersih. Badan yang bersih adalah tidak kotor, terhindar dari sakit serta dari hal-hal yang dapat membuat badan tersebut menjadi tidak bersih. Dalam filsafat kondisi tidak bersih disebut sebagai pure atau tidak predugdise atau tidak ada kebersihan.
Dengan demikian terlihat jelas, bahwa bahwa berfilsafat bukanlah aliran sesat melainkan olah fikir yang refleksif. Sebelum berfilsafat kita diwajibkan untuk berdoa terlebih dahulu agar tidak tersesat.

Metode yang digunakan dalam filsafat adalah metode berfilsafat yaitu metode hidup yang berkaitan dengan pikiran manusia yang jika diterjemahkan secara agak kasar adalah terjemah dan diterjemahkan. Terjemah dan diterjemahkan ini berasal dari bahasa Yunani yang disebut hermenitika. Hermenitika adalah menterjemahkan dan diterjemahkan yang artinya berinteraksi tetapi refleksif yang sama halnya dengan interaksi yang refleksif. Jika filsafat adalah olah pikir yang refleksif maka berfilsafat adalah berinteraksi yang refleksif. Menterjemahkan dan diterjemahkan maka setiap yang ada di dunia ini sifatnya adalah saling berinteraksi dengan yang lainnya. Seperti halnya manusia, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan, dan material-material pun belajar saling terjemah dan diterjemahkan dan saling berinteraksi dengan semuanya yang ada.

Adab tentang hidup yang sehat. Secara filsafat adab tentang hidup yang sehat dikatakan hidup yang harmonis. Hidup yang seimbang antara unsur-unsurnya. Harmonis identik dengan bahagia dan tidak harmonis identik dengan tidak bahagia. Maka jika ingin hidup bahagia, hiduplah dengan seimbang dan harmonis.

Untuk mencapai hidup yang seimbang dan harmonis tidaklah dilakukan hanya dengan berdiam diri saja. Karena diam itu ternyata tidak seimbang. Karena sumbu dari hidup yang seimbang dan harmonis adalah sumbuh ikhtiar dan sumbu usaha serta sumbu keikhlasan. Keikhlasan menerima di dalam ikhtiar jika diteruskan  akan menjadi keikhlasan menerima di dalam ikhtiar yang mengerti aturan-aturan di dalam kerangka spiritualnya. Maka ciri-ciri hidup yang sehat adalah hidup yang seimbang dan harmonis. Berfilsafat tidaklah mudah, ada banyak adab dan hal-hal yang perlu dimengerti, dipahami, dan dipatuhi. Sehingga sebenar-benar orang berfilsafat adalah orang tersebut harus berintraksi, refleksif dan didalamnya ada berpikir refleksif.

Peratanyaan:


Mengapa kita harus hidup secara harmonis dan seimbang?
 
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar