Kamis, 10 Januari 2013

Refleksi Pertama

Lina Dwi Aris S
09301241031
Pendidikan Matematika Subsidi 2009

Filsafat ialah olah pikir yang refleksif. Filsafat sejatinya menirukan terminologi dunia. Kata dunia dapat di tempatkan di depan apapun seperti dunia politik, dunia sore, dunia pagi, dunia malam, dunia hiburan, dunia olahraga, dunia tumbuhan dan lain sebagainya. Layaknya dunia, filsafat pun dapat di tempatkan di depan apapun yaitu seperti filsafat manusia, filsafat tumbuhan, filsafat pegadaian dan lain sebagainya. Filsafat itu adalah olah pikir yang refleksif dengan olah pikir yang refleksif itulah kita bisa memikirkan apapun yang kita bisa. Kita dapat memikirkan Tuhan secara terbatas namun dalam memikirkannya kita harus berhati-hati.

Filsafat adalah ilmu multirupa yaitu ilmu yang paling dekat dengan kita. Ilmu tersebut bisa sangat jauh, dekat, membahayakan dan lain sebagainya. Bahasa yang digunakan dalam filsafat adalah bahasa analog dan objek yang dipelajaai adalah yang ada dan yang mungkin ada. Belajar filsafat berarti belajar tentang tatacara atau aturan atau adab yang telah ditentukan. Hal ini sama halnya dengan tatacara akan melaksanakan sholat. Hal yang harus dilakukan sebelum melaksanakan sholat adalah bersuci yaitu dengan berwudhu. Orang yang tidak mengerti dan tidak tahu tentang tatacara adalah orang yang biadab.

Pada dasarnya filsafat dapat didefinisikan sebagai banyak hal. Filsafat letaknya sangatlah tinggi sehingga setinggi-tinggi filsafat jangan sampai melampaoi atau melebihi spiritual. Karena filsafat adalah olah pikir yang refleksif maka setinggi-tinggi olah pikir manusia jangan sampai melalmpaoi atau melebihi keyakinannya atau keimanannya. Sebelum kita berfilsafat, ada beberapa adab atau tatacara berfilsafat yang harus diperhatikan, yaitu:

1.      Kedudukan filsafat dikaitkan dengan spiritual atau hubungan antara berdoa dengan pikiran.

Adab yang pertama ini sangatlah penting dan wajib dipatuhi. Dasar utama atau pondasi utama yang harus dimiliki orang yang akan berfilsafat adalah spiritual. Ibarat berjalan 2 langkah maka 20 langkah berdoa, ibarat berjalan 5 langkah maka 50 langkah berdoa dan begitulah seterusnya.Spritual yang tinggi akan membantu orang tersebut dalam berfilsafat yang sehat sehingga tidak terjebak dalam filsafat yang sesat. Oleh karena itulah, sebelum kita berfilsafat hendaknya berdoa terlebih dulu untuk meminta petunjuk dan memohon ampun kepada Allah Swt. Setelah selesai berfilsafat pun kita hendaknya bersyukur dan memohon petunjuk serta ampun kepada Allah Swt.

2.      Filsafat itu hidup.

Karena filsafat itu hidup maka metode yang digunakan untuk mempelajari filsafat adalah metode hidup. Maka untuk mengetahui apa itu metode hidup tengoklah semua hal yang ada di luar sana yaitu lingkungan sekitarmu. Catatlah dan pelajarilah segala macam ciptaan Tuhan. Karena metode yang digunakan adalah metode hidup maka munculah yang namanya hidup sehat dan hidup yang tidak sehat dan ada juga hidup yag bahagia begitu juga dengan filsafat ada filsafat yang sehat dan ada juga filsafat yang tidak sehat.
Contoh hidup yang tidak sehat antara lain jika ia sakit, menghilang secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan, datang secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan, tergesa-gesa, terpaksa, memaksa, dan lain sebagainya. Contoh hidup yang sehat antara lain adalah orangnya beradab, tahu bagaimana memposisikan dirinya sesuai dengan ruang dan waktu. Karena metode hidup yang sehat antara lain adalah orangnya itu beradab maka berfilsafat yang sehat adalah beradab. Beradab artinya adalah berusaha untuk mengenal tatacara dan sopan santun.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa sebelum berfilsafat kita harus berdoa. Maka untuk berdoa diperlukan keadaan jasmani dan rohani yang sehat. Jika Anda sakit maka kegiatan beribadah Anda akan terganggu. Supaya dapat berfilsafat secara sehat maka kenalilah dulu bagaimana tatacara berfilsafat yang sehat.
Karena filsafat itu hidup maka metode hidup yang dikenal dalam berfilsafat berkaitan dengan alat berfilsafat yaitu bahasa yang digunakan yakni analog. Obyek yang dipelajari dalam berfilsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Yang mungkin ada adalah sesuatu yang belum diketahui dan yang ada adalah sesutu yang telah diketahui, dapat dilihat, dirasakan, diraba dan lain seterusnya.

3.      Berfilsafat membersihkan diri.

Orang yang akan berfilsafat harus membersihkan diri dari pikiran-pikiran yang mengganggu sama halnya dengan orang yang akan melaksanakan sholat juga harus membersihkan diri dari pikiran-pikiran yang mengganggu. Orang yang akan berfilsafat harus berpikiran jernih. Syarat agar dapat berpikir secara jernih adalah badanya harus bersih. Badan yang bersih adalah tidak kotor, terhindar dari sakit serta dari hal-hal yang dapat membuat badan tersebut menjadi tidak bersih. Dalam filsafat kondisi tidak bersih disebut sebagai pure atau tidak predugdise atau tidak ada kebersihan.
Dengan demikian terlihat jelas, bahwa bahwa berfilsafat bukanlah aliran sesat melainkan olah fikir yang refleksif. Sebelum berfilsafat kita diwajibkan untuk berdoa terlebih dahulu agar tidak tersesat.

Metode yang digunakan dalam filsafat adalah metode berfilsafat yaitu metode hidup yang berkaitan dengan pikiran manusia yang jika diterjemahkan secara agak kasar adalah terjemah dan diterjemahkan. Terjemah dan diterjemahkan ini berasal dari bahasa Yunani yang disebut hermenitika. Hermenitika adalah menterjemahkan dan diterjemahkan yang artinya berinteraksi tetapi refleksif yang sama halnya dengan interaksi yang refleksif. Jika filsafat adalah olah pikir yang refleksif maka berfilsafat adalah berinteraksi yang refleksif. Menterjemahkan dan diterjemahkan maka setiap yang ada di dunia ini sifatnya adalah saling berinteraksi dengan yang lainnya. Seperti halnya manusia, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan, dan material-material pun belajar saling terjemah dan diterjemahkan dan saling berinteraksi dengan semuanya yang ada.

Adab tentang hidup yang sehat. Secara filsafat adab tentang hidup yang sehat dikatakan hidup yang harmonis. Hidup yang seimbang antara unsur-unsurnya. Harmonis identik dengan bahagia dan tidak harmonis identik dengan tidak bahagia. Maka jika ingin hidup bahagia, hiduplah dengan seimbang dan harmonis.

Untuk mencapai hidup yang seimbang dan harmonis tidaklah dilakukan hanya dengan berdiam diri saja. Karena diam itu ternyata tidak seimbang. Karena sumbu dari hidup yang seimbang dan harmonis adalah sumbuh ikhtiar dan sumbu usaha serta sumbu keikhlasan. Keikhlasan menerima di dalam ikhtiar jika diteruskan  akan menjadi keikhlasan menerima di dalam ikhtiar yang mengerti aturan-aturan di dalam kerangka spiritualnya. Maka ciri-ciri hidup yang sehat adalah hidup yang seimbang dan harmonis. Berfilsafat tidaklah mudah, ada banyak adab dan hal-hal yang perlu dimengerti, dipahami, dan dipatuhi. Sehingga sebenar-benar orang berfilsafat adalah orang tersebut harus berintraksi, refleksif dan didalamnya ada berpikir refleksif.
           

Senin, 07 Januari 2013

Implementasi Filsafat Pendidikan Matematika

Lina Dwi Aris S
09301241031
Pendidikan Matematika Subsidi 2009



Hermenetika dapat kita artikan sebagai proses interpretasi terhadap apa yang kita pelajari. Hermenetika kehidupan dalam filsafat digambarkan sebagai sebuah pegas yang berbentuk spiral. Spiral tersebut dapat mengembang dapat pula mengerucut kecil. Spiral yang digambarkan dalam hermenetika ini memiliki makna bahwa pengetahuan diperoleh melalui sebuah usaha yang dilakukan secara kontinu. Pada bagian atas spiral terdapat sebuah kata yaitu text sedangkan pada bagian bawah spiral terdapat keterangan interpretasi. Keterangan text mengilustrasikan bahwa hermenetika kehidupan diperoleh melalui kegiatan membaca yang ada dan yang mungkin ada yang dilakukan secara terus-menerus. Sedangkan keterangan interpretasi diilustrasikan sebagai kegiatan menterjemah dari apa yang dibaca. Sehingga dalam proses ini text dijadikan sebagai teori dan interpretasi diartikan sebagai suatu aktivitas. Dengan demikian, hermenetika kehidupan dimulai dari kegiatan membaca dan menterjemahkan yang ada dan yang mungkin ada.
Kegiatan membaca dan menterjemahkan yang dilakukan secara disiplin dan terus-menerus dapat meningkatkan kemampuan intuisi manusia. Melalui intuisi-intuisi inilah, kita akan memperoleh banyak pengalaman-pengalaman berharga yang kita peroleh dari kegiatan membaca dan menterjemahkan yang ada dan yang mungkin ada.
Senada dengan hermenetika kehidupan, hermenetika pembelajaran matematika digambarkan sebagai sebuah spiral dan garis lurus. Garis lurus menggambarkan bahwa pembelajaran yang telah dilaksanakan tidak akan pernah terulang kembali sedangkan spiral menggambarkan bahwa pembelajaran yang telah berlangsung dapat kita ulangi kembali dengan sentuhan inovasi baru yang disesuaikan dengan objeknya serta dimensi ruang dan waktunya. Selain digambarkan sebagai spiral dan garis lurus, hermenetika pembelajaran matematika juga digambarkan sebagai gunung es. Gunung es ini merupakan realistiknya matematika yang terbagi menjadi empat bagian yaitu matematika konkret, model konkret, model formal, dan matematika formal.
Prinsip yang digunakan dalam pendekatan gunung es ini ada dua macam yaitu matematika vertikal dan matematika horizontal. Melalui matematika horizontal siswa dikenalkan pada permasalahan yang bersifat kontekstual, sehingga siswa akan terbiasa untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang bersifat konkret. Dalam proses mencari solusi, siswa dapat menggunakan metode, cara, bahasa, maupun simbol mereka sendiri sesuai dengan pemahaman mereka. Pada tahap inilah, diperlukan adanya intuisi dalam matematika. Untuk menumbuhkan sikap intuisi dalam matematika diperlukan adanya kesadaran. Melalui intuisi itulah, siswa akan berkenalan dengan matematika secara sadar dan senang. Belajar disertai dengan rasa senang dan tanpa paksaan akan menimbulkan dampak positif bagi siswa. Dampak positif tersebut akan membentuk pemahaman yang mendalam tentang apa itu matematika beserta konsep-konsepnya.
Sedangkan pada matematika vertikal siswa akan mencoba menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Matematika vertikal merupakan suatu kondisi dimana siswa mulai menggunakan simbol-simbol matematika dalam menyelesaikan setiap permasalahan matematika atau dapat juga dikatakan siswa telah menggunakan matematika formal. Pendekatan gunung es dengan pendekatan realistik matematika dapat dijadikan sebagai cara ataupun referensi oleh guru untuk merencanakan pembelajaran yang mampu memenuhi kebutuhan siswa dan mampu mengembangkan keterampilan yang dimilii oleh siswa. Pembelajaran melalui pendekatan tersebut diharapkan mampu melahirkan siswa-siswa yang tidak hanya memiliki kompetensi yang tinggi terhadap matematika namun juga mampu mengembangakan keterampilan yang mereka memiliki dengan menggunakan cara mereka sendiri.

Minggu, 06 Januari 2013

Hakekat Angin dalam Filsafat

Lina Dwi Aris S
09301241031
Pendidikan Matematika Subsidi 2009


Setiap objek dalam filsafat memiliki dimensi dan cara yang digunakan untuk mengetahui apa makna sebenarnya dari obyek yang dipelajari pun berdimensi. Dimensi yang paling primitif atau levelnya paling rendah adalah dimensi intuisi. Sebagai contoh, jika engkau diberi pertanyaan “Sejak kapankah engkau berkenalan dengan angin?”. Jika, engkau tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut maka Anda termasuk dalam kategori kaum intuisionisme dalam hal angin. Sebab, Anda mengetahui apa itu angin dengan cara intuisi. Itulah yang dimaksud dengan kaum intuisionisem. Oleh karena itulah, intuisi memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup setiap orang. Peran intuisi dalam kehidupan kita berkisar antara 80% - 90%.
Jadi, pemahaman akan intuisi, diperoleh oleh setiap orang melalui pergaulan, interaksi, serta pengalaman-pengalaman yang dialaminya selama hidup di dunia. Setelah itu, mulailah terbentuk suatu kategori-kategori yang dapat membedakan antara hal yang satu dengan hal yang lain. Kategori-kategori tersebut digunakan kembali untuk berfikir ke level yang lebih tinggi.
Intuisi sangatlah penting dalam setiap kehidupan manusia. Melalui intuisi kita dapat memahami apa itu besar, enak, cantik, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan angin. Dalam filsafat, angin tidak dapat didefinisikan secara pasti dan jelas. Dalam kehidupan kita, angin memiliki beberapa bentuk, yakni ada angin topan, angin ribut, dan lain sebagainnya. Kita dapat merasakan keberadaan angin, namun kita tidak dapat mendefinisikannya secara pasti. Pada level inilah, peran intuisi sangat dibutuhkan guna mengetahui apa itu hakekat. Melalui pengalaman-pengalaman yang kita peroleh mulai dari kecil hingga dewasa, kita dapat mengerti apa itu angin. Namun, jika ditanya, sejak kapankah kita tahu tentang angin, pastilah kita sulit untuk menjelaskannya secara pasti. Sebab, semua pengalaman yang kita peroleh tentang angin adalah intuisi. Melalui intuisi inilah kita berkenalan dengan angin dan belajar tentang angin. Untuk itulah, belum ada hakekat yang pasti tentang angin dalam filsafat.  

Pertanyaan-Pertanyaan



Apakah semua dalam alam semesta ini memiliki pola?
Sebuah pola bukanlah pola bagi orang yang tidak mengetahuinya dan memahaminya. Segala sesuatu akan menjadi suatu pola jika kita bisa mengetahui, memahami, dan meyakini hal tersebut. Sehingga, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini pastilah memiliki pola tergantung dari ruang dan waktu serta tergantung dari bagaimana kita memahaminya.
Apakah hakekat perbedaan dalam persatuan?
Sejatinya, semua orang di dunia ini sangatlah berbeda, namun jika dalam filsafat semua orang itu adalah sama. Kesamaan itu terlihat dari beberapa hal yaitu sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, sama-sama membutuhkan oksigen untuk hidup, sama-sama akan mati. Namun, pada kenyataanya, setiap manusia tidaklah sama dengan manusia yang lain.Mereka semua berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut ada karena setiap manusia terikat dengan ruang dan waktu masing-masing. Sehingga, secara filsafat manusia itu berbeda karena “apanya” dan setiap manusia itu sama karena “apanya”.
Kapan sesuatu itu disebut sebagai mimpi?
Mimpi memiliki tingkat kualitas yang berbeda-beda. Ada mimpi yang berkualitas tinggi, adapula mimpi yang berkualitas rendah. Suatu mimpi akan berkualitas atau tidak tergantung dari pengalaman hidup yang dialami oleh setiap orang. Berdasarkan kualitas itulah, setiap orang mampu mengingat mimpi yang mereka alami atau lupa akan mimpi yang mereka alami. Sebagai contoh, kita kita merindukan sesorang. Melalui kerinduan yang mendalam itulah orang akan memimpikan sesorang yang ia rindukan.
Selain memiliki kualitas, mimpi memiliki suatu area atau wilayah. Area dari sebuah mimpi dapat dipelajari dengan menggunakan pendekatan psikologis, yaitu gejala jiwa.
Apakah perbedaan antara cita dan sayang?
Rasa cinta dan sayang yang dimiliki oleh setiap orang bersifat kontekstual dan memiliki dimensi. Selain itu, cinta dan sayang merupakan suatu intuisi. Sehingga, kita tidak dapat mendefinisikan cinta dan sayang. Meski demikian, kita dapat mengkarakteristikan apa yang dimaksud dengan cinta dan sayang. Kita dapat mengkarakteristikan atau mencirikan cinta dan sayang melalui perilaku yang ditunjukkan oleh orang lain kita mereka sedang mengalami jatuh cinta pada orang lain atau bahkan ketika mereka sedang mengekspresikan rasa sayang mereka kepada orang lain.
Namun, kita dapat membedakan rasa cinta dan sayang dengan menggunakan intuisi. Artinya adalah cinta dan sayang dapat kita bedakan melalui pengalaman-pengalaman yang ada disekitar kita. Sebagai contoh pengalaman kita saat bertemu dengan orang lain, pengalaman kita pada saat kita suka dengan orang lain, dan sebagainnya. Melalui pengalaman itulah, kita dapat mendefinisikan dan membedakan rasa cinta dan sayang. Sehingga perbedaan antara rasa cinta dan sayang terletak pada konteksnya serta terletak pada bagaimana kita bisa memahami dan memaknai apa itu rasa cinta dan sayang dengan intuisi yang kita miliki masing-masing.
Mengapa yang tidak ada termasuk dalam objek filsafat?
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa objek filsafat terdiri dari dua hal, yakni yang ada dan yang mungkin ada. Yang tidak ada bersifat relatif tergantung ruang dan waktunya masing-masing. Yang tidak ada bisa menjadi ada sehingga yang tidak adapun dapat dikategorikan menjadi yang mungkin ada. Sebagai contoh, saya tidak mengerti dan tidak paham dengan apa yang saya pegang maka apa yang saya pegang tidak ada dalam pikiran saya, namun yang tidak ada tersebut bisa menjadi ada, jika ternyata saya tidak memegang apa-apa. Jadi, yang tidak ada bisa menjadi ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itulah, yang tidak ada termasuk dalam objek filsafat. Akan tetapi, filsafat bisa menjadi sangat berbahaya jika yang “mungkin” tersebut terus berkelanjutan, sehingga untuk menghindari bahaya diperlukan spiritual yang tinggi agar tidak tersesat.
Bagaimana dengan guru matematika yang dianggap Galak?
Pada dunia pendidikan, terdapat dua macam karakter guru yaitu guru yang galak dan guru yang tidak galak. Kenyataan dilapangan seringakali memberikan fakta bahwa sebagian atau hampir semua siswa akan merasa nyaman dan senang jika belajar dengan guru yang tidak galak. Guru dapat dikategorikan menjadi guru yang galak dan yang tidak galak tergantung dari sikap dan perilaku yang diperlihatkan oleh setiap guru. Seorang guru tergolong sebagai guru yang galak jika ia memiliki ciri-ciri, yaitu suka marah, toleransinya kecil, suka memaksakan kehendak, dan lain sebagainya.
Bagaimana cara mengahadapi orang yang enggan atau pelit untuk berbagai pengalaman atau ilmu pengetahuan dengan orang lain?
Untuk menghadapai orang yang enggan berbagi pengalaman atau ilmu pengetahuan dengan orang lain adalah dengan menggunakan komunikasi.
Bagaimana cara memberikan pemahaman kepada siswa yang tidak menyukai matematika?
Sebagai seorang guru, janganlah kita memposisikan atau menganggap siswa sebagai suatu objek. Berikanlah siswa ruang yang cukup untuk mengembangkan kemampuan atau keterampilan hidupnya dalam memperoleh pengalaman. Melalui pengalaman-pengalaman itulah, siswa dapat mengkonstruk atau membangun sendiri pemahamannya tentang matematika.
Apa penyebab terjadinya krisis multidimensi?
Salah satu penyebab terjadinya krisis multidimensi adalah guru. Salah satu contohnya adalah perilaku guru yang selalu menjadikan siswa sebagai objek. Sehingga siswa belajar secara tidak alami. Hal terebut menyebabkan siswa kehilangan intuisi, siswa dianggap sebagai tong kosong. Ketika siswa kehilangan intuisi maka kehidupan siswa menjadi tidak terarah. 
Kenapa saya gemuk?
Gemuk disebabkan oleh beberapa faktor. Orang yang gemuk biasannya suka tidur. Orang gemuk biasanya bermasalah, namun bukan berarti orang yang tidak gemuk tidak memiliki masalah. Karena bisa jadi, orang yang tidak gemuk adalah orang yang bermasalah. Dengan demikian, untuk menghindari kegemukan, maka perbanyaklah berfilsafat. Sebab, dengan berfilsafat kita akan mengerti dan memahami banyak hal. Dengan kita mengerti dan memahami kita akan menjadi “tidak bahagia”. Karena setiap apa yang kita mengerti dan kita pahami tidak selalu membawa kebahagiaan.