Lina Dwi Aris S
09301241031
Pendidikan Matematika Subsidi 2009
Filsafat ialah olah pikir yang refleksif. Filsafat
sejatinya menirukan terminologi dunia. Kata dunia dapat di tempatkan di depan
apapun seperti dunia politik, dunia sore, dunia pagi, dunia malam, dunia
hiburan, dunia olahraga, dunia tumbuhan dan lain sebagainya. Layaknya dunia,
filsafat pun dapat di tempatkan di depan apapun yaitu seperti filsafat manusia,
filsafat tumbuhan, filsafat pegadaian dan lain sebagainya. Filsafat itu adalah olah
pikir yang refleksif dengan olah pikir yang refleksif itulah kita bisa
memikirkan apapun yang kita bisa. Kita dapat memikirkan Tuhan secara terbatas
namun dalam memikirkannya kita harus berhati-hati.
Filsafat adalah ilmu multirupa yaitu ilmu yang paling
dekat dengan kita. Ilmu tersebut bisa sangat jauh, dekat, membahayakan dan lain
sebagainya. Bahasa yang digunakan dalam filsafat adalah bahasa analog dan objek
yang dipelajaai adalah yang ada dan yang mungkin ada. Belajar filsafat berarti
belajar tentang tatacara atau aturan atau adab yang telah ditentukan. Hal ini
sama halnya dengan tatacara akan melaksanakan sholat. Hal yang harus dilakukan
sebelum melaksanakan sholat adalah bersuci yaitu dengan berwudhu. Orang yang
tidak mengerti dan tidak tahu tentang tatacara adalah orang yang biadab.
Pada dasarnya filsafat dapat didefinisikan sebagai banyak
hal. Filsafat letaknya sangatlah tinggi sehingga setinggi-tinggi filsafat
jangan sampai melampaoi atau melebihi spiritual. Karena filsafat adalah olah
pikir yang refleksif maka setinggi-tinggi olah pikir manusia jangan sampai
melalmpaoi atau melebihi keyakinannya atau keimanannya. Sebelum kita berfilsafat,
ada beberapa adab atau tatacara berfilsafat yang harus diperhatikan, yaitu:
1.
Kedudukan filsafat dikaitkan dengan spiritual atau
hubungan antara berdoa dengan pikiran.
Adab yang
pertama ini sangatlah penting dan wajib dipatuhi. Dasar utama atau pondasi
utama yang harus dimiliki orang yang akan berfilsafat adalah spiritual. Ibarat
berjalan 2 langkah maka 20 langkah berdoa, ibarat berjalan 5 langkah maka 50
langkah berdoa dan begitulah seterusnya.Spritual yang tinggi akan membantu
orang tersebut dalam berfilsafat yang sehat sehingga tidak terjebak dalam
filsafat yang sesat. Oleh karena itulah, sebelum kita berfilsafat hendaknya berdoa
terlebih dulu untuk meminta petunjuk dan memohon ampun kepada Allah Swt.
Setelah selesai berfilsafat pun kita hendaknya bersyukur dan memohon petunjuk
serta ampun kepada Allah Swt.
2.
Filsafat itu hidup.
Karena
filsafat itu hidup maka metode yang digunakan untuk mempelajari filsafat adalah
metode hidup. Maka untuk mengetahui apa itu metode hidup tengoklah semua hal
yang ada di luar sana yaitu lingkungan sekitarmu. Catatlah dan pelajarilah
segala macam ciptaan Tuhan. Karena metode yang digunakan adalah metode hidup
maka munculah yang namanya hidup sehat dan hidup yang tidak sehat dan ada juga
hidup yag bahagia begitu juga dengan filsafat ada filsafat yang sehat dan ada
juga filsafat yang tidak sehat.
Contoh
hidup yang tidak sehat antara lain jika ia sakit, menghilang secara tiba-tiba
tanpa pemberitahuan, datang secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan, tergesa-gesa,
terpaksa, memaksa, dan lain sebagainya. Contoh hidup yang sehat antara lain
adalah orangnya beradab, tahu bagaimana memposisikan dirinya sesuai dengan ruang
dan waktu. Karena metode hidup yang sehat antara lain adalah orangnya itu
beradab maka berfilsafat yang sehat adalah beradab. Beradab artinya adalah
berusaha untuk mengenal tatacara dan sopan santun.
Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya bahwa sebelum berfilsafat kita harus berdoa.
Maka untuk berdoa diperlukan keadaan jasmani dan rohani yang sehat. Jika Anda
sakit maka kegiatan beribadah Anda akan terganggu. Supaya dapat berfilsafat
secara sehat maka kenalilah dulu bagaimana tatacara berfilsafat yang sehat.
Karena
filsafat itu hidup maka metode hidup yang dikenal dalam berfilsafat berkaitan
dengan alat berfilsafat yaitu bahasa yang digunakan yakni analog. Obyek yang
dipelajari dalam berfilsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Yang mungkin
ada adalah sesuatu yang belum diketahui dan yang ada adalah sesutu yang telah
diketahui, dapat dilihat, dirasakan, diraba dan lain seterusnya.
3.
Berfilsafat membersihkan diri.
Orang yang
akan berfilsafat harus membersihkan diri dari pikiran-pikiran yang mengganggu
sama halnya dengan orang yang akan melaksanakan sholat juga harus membersihkan
diri dari pikiran-pikiran yang mengganggu. Orang yang akan berfilsafat harus
berpikiran jernih. Syarat agar dapat berpikir secara jernih adalah badanya
harus bersih. Badan yang bersih adalah tidak kotor, terhindar dari sakit serta
dari hal-hal yang dapat membuat badan tersebut menjadi tidak bersih. Dalam
filsafat kondisi tidak bersih disebut sebagai pure atau tidak predugdise atau
tidak ada kebersihan.
Dengan
demikian terlihat jelas, bahwa bahwa berfilsafat bukanlah aliran sesat
melainkan olah fikir yang refleksif. Sebelum berfilsafat kita diwajibkan untuk
berdoa terlebih dahulu agar tidak tersesat.
Metode
yang digunakan dalam filsafat adalah metode berfilsafat yaitu metode hidup yang
berkaitan dengan pikiran manusia yang jika diterjemahkan secara agak kasar
adalah terjemah dan diterjemahkan. Terjemah dan diterjemahkan ini berasal dari
bahasa Yunani yang disebut hermenitika. Hermenitika adalah menterjemahkan dan
diterjemahkan yang artinya berinteraksi tetapi refleksif yang sama halnya dengan
interaksi yang refleksif. Jika filsafat adalah olah pikir yang refleksif maka
berfilsafat adalah berinteraksi yang refleksif. Menterjemahkan dan
diterjemahkan maka setiap yang ada di dunia ini sifatnya adalah saling
berinteraksi dengan yang lainnya. Seperti halnya manusia, tumbuh-tumbuhan,
batu-batuan, dan material-material pun belajar saling terjemah dan
diterjemahkan dan saling berinteraksi dengan semuanya yang ada.
Adab
tentang hidup yang sehat. Secara filsafat adab tentang hidup yang sehat dikatakan
hidup yang harmonis. Hidup yang seimbang antara unsur-unsurnya. Harmonis
identik dengan bahagia dan tidak harmonis identik dengan tidak bahagia. Maka
jika ingin hidup bahagia, hiduplah dengan seimbang dan harmonis.
Untuk
mencapai hidup yang seimbang dan harmonis tidaklah dilakukan hanya dengan
berdiam diri saja. Karena diam itu ternyata tidak seimbang. Karena sumbu dari
hidup yang seimbang dan harmonis adalah sumbuh ikhtiar dan sumbu usaha serta
sumbu keikhlasan. Keikhlasan menerima di dalam ikhtiar jika diteruskan akan menjadi keikhlasan menerima di dalam
ikhtiar yang mengerti aturan-aturan di dalam kerangka spiritualnya. Maka
ciri-ciri hidup yang sehat adalah hidup yang seimbang dan harmonis. Berfilsafat
tidaklah mudah, ada banyak adab dan hal-hal yang perlu dimengerti, dipahami,
dan dipatuhi. Sehingga sebenar-benar orang berfilsafat adalah orang tersebut
harus berintraksi, refleksif dan didalamnya ada berpikir refleksif.