Senin, 07 Januari 2013

Implementasi Filsafat Pendidikan Matematika

Lina Dwi Aris S
09301241031
Pendidikan Matematika Subsidi 2009



Hermenetika dapat kita artikan sebagai proses interpretasi terhadap apa yang kita pelajari. Hermenetika kehidupan dalam filsafat digambarkan sebagai sebuah pegas yang berbentuk spiral. Spiral tersebut dapat mengembang dapat pula mengerucut kecil. Spiral yang digambarkan dalam hermenetika ini memiliki makna bahwa pengetahuan diperoleh melalui sebuah usaha yang dilakukan secara kontinu. Pada bagian atas spiral terdapat sebuah kata yaitu text sedangkan pada bagian bawah spiral terdapat keterangan interpretasi. Keterangan text mengilustrasikan bahwa hermenetika kehidupan diperoleh melalui kegiatan membaca yang ada dan yang mungkin ada yang dilakukan secara terus-menerus. Sedangkan keterangan interpretasi diilustrasikan sebagai kegiatan menterjemah dari apa yang dibaca. Sehingga dalam proses ini text dijadikan sebagai teori dan interpretasi diartikan sebagai suatu aktivitas. Dengan demikian, hermenetika kehidupan dimulai dari kegiatan membaca dan menterjemahkan yang ada dan yang mungkin ada.
Kegiatan membaca dan menterjemahkan yang dilakukan secara disiplin dan terus-menerus dapat meningkatkan kemampuan intuisi manusia. Melalui intuisi-intuisi inilah, kita akan memperoleh banyak pengalaman-pengalaman berharga yang kita peroleh dari kegiatan membaca dan menterjemahkan yang ada dan yang mungkin ada.
Senada dengan hermenetika kehidupan, hermenetika pembelajaran matematika digambarkan sebagai sebuah spiral dan garis lurus. Garis lurus menggambarkan bahwa pembelajaran yang telah dilaksanakan tidak akan pernah terulang kembali sedangkan spiral menggambarkan bahwa pembelajaran yang telah berlangsung dapat kita ulangi kembali dengan sentuhan inovasi baru yang disesuaikan dengan objeknya serta dimensi ruang dan waktunya. Selain digambarkan sebagai spiral dan garis lurus, hermenetika pembelajaran matematika juga digambarkan sebagai gunung es. Gunung es ini merupakan realistiknya matematika yang terbagi menjadi empat bagian yaitu matematika konkret, model konkret, model formal, dan matematika formal.
Prinsip yang digunakan dalam pendekatan gunung es ini ada dua macam yaitu matematika vertikal dan matematika horizontal. Melalui matematika horizontal siswa dikenalkan pada permasalahan yang bersifat kontekstual, sehingga siswa akan terbiasa untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang bersifat konkret. Dalam proses mencari solusi, siswa dapat menggunakan metode, cara, bahasa, maupun simbol mereka sendiri sesuai dengan pemahaman mereka. Pada tahap inilah, diperlukan adanya intuisi dalam matematika. Untuk menumbuhkan sikap intuisi dalam matematika diperlukan adanya kesadaran. Melalui intuisi itulah, siswa akan berkenalan dengan matematika secara sadar dan senang. Belajar disertai dengan rasa senang dan tanpa paksaan akan menimbulkan dampak positif bagi siswa. Dampak positif tersebut akan membentuk pemahaman yang mendalam tentang apa itu matematika beserta konsep-konsepnya.
Sedangkan pada matematika vertikal siswa akan mencoba menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Matematika vertikal merupakan suatu kondisi dimana siswa mulai menggunakan simbol-simbol matematika dalam menyelesaikan setiap permasalahan matematika atau dapat juga dikatakan siswa telah menggunakan matematika formal. Pendekatan gunung es dengan pendekatan realistik matematika dapat dijadikan sebagai cara ataupun referensi oleh guru untuk merencanakan pembelajaran yang mampu memenuhi kebutuhan siswa dan mampu mengembangkan keterampilan yang dimilii oleh siswa. Pembelajaran melalui pendekatan tersebut diharapkan mampu melahirkan siswa-siswa yang tidak hanya memiliki kompetensi yang tinggi terhadap matematika namun juga mampu mengembangakan keterampilan yang mereka memiliki dengan menggunakan cara mereka sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar