Lina Dwi Aris S
09301241031
Pendidikan Matematika Subsidi 2009
Hermenetika dapat kita artikan sebagai proses interpretasi terhadap apa
yang kita pelajari. Hermenetika kehidupan dalam filsafat digambarkan sebagai
sebuah pegas yang berbentuk spiral. Spiral tersebut dapat mengembang dapat pula
mengerucut kecil. Spiral yang digambarkan dalam hermenetika ini memiliki makna
bahwa pengetahuan diperoleh melalui sebuah usaha yang dilakukan secara kontinu.
Pada bagian atas spiral terdapat sebuah kata yaitu text sedangkan pada bagian
bawah spiral terdapat keterangan interpretasi. Keterangan text mengilustrasikan
bahwa hermenetika kehidupan diperoleh melalui kegiatan membaca yang ada dan
yang mungkin ada yang dilakukan secara terus-menerus. Sedangkan keterangan
interpretasi diilustrasikan sebagai kegiatan menterjemah dari apa yang dibaca.
Sehingga dalam proses ini text dijadikan sebagai teori dan interpretasi
diartikan sebagai suatu aktivitas. Dengan demikian, hermenetika kehidupan
dimulai dari kegiatan membaca dan menterjemahkan yang ada dan yang mungkin ada.
Kegiatan membaca dan menterjemahkan yang dilakukan secara disiplin dan
terus-menerus dapat meningkatkan kemampuan intuisi manusia. Melalui
intuisi-intuisi inilah, kita akan memperoleh banyak pengalaman-pengalaman
berharga yang kita peroleh dari kegiatan membaca dan menterjemahkan yang ada
dan yang mungkin ada.
Senada dengan hermenetika kehidupan, hermenetika pembelajaran matematika
digambarkan sebagai sebuah spiral dan garis lurus. Garis lurus menggambarkan
bahwa pembelajaran yang telah dilaksanakan tidak akan pernah terulang kembali
sedangkan spiral menggambarkan bahwa pembelajaran yang telah berlangsung dapat
kita ulangi kembali dengan sentuhan inovasi baru yang disesuaikan dengan
objeknya serta dimensi ruang dan waktunya. Selain digambarkan sebagai spiral
dan garis lurus, hermenetika pembelajaran matematika juga digambarkan sebagai
gunung es. Gunung es ini merupakan realistiknya matematika yang terbagi menjadi
empat bagian yaitu matematika konkret, model konkret, model formal, dan
matematika formal.
Prinsip yang digunakan dalam pendekatan gunung es ini ada dua macam yaitu
matematika vertikal dan matematika horizontal. Melalui matematika horizontal
siswa dikenalkan pada permasalahan yang bersifat kontekstual, sehingga siswa
akan terbiasa untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang bersifat
konkret. Dalam proses mencari solusi, siswa dapat menggunakan metode, cara,
bahasa, maupun simbol mereka sendiri sesuai dengan pemahaman mereka. Pada tahap
inilah, diperlukan adanya intuisi dalam matematika. Untuk menumbuhkan sikap
intuisi dalam matematika diperlukan adanya kesadaran. Melalui intuisi itulah,
siswa akan berkenalan dengan matematika secara sadar dan senang. Belajar
disertai dengan rasa senang dan tanpa paksaan akan menimbulkan dampak positif
bagi siswa. Dampak positif tersebut akan membentuk pemahaman yang mendalam
tentang apa itu matematika beserta konsep-konsepnya.
Sedangkan pada matematika vertikal siswa akan mencoba menerapkan
pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Matematika vertikal
merupakan suatu kondisi dimana siswa mulai menggunakan simbol-simbol matematika
dalam menyelesaikan setiap permasalahan matematika atau dapat juga dikatakan siswa
telah menggunakan matematika formal. Pendekatan gunung es dengan pendekatan
realistik matematika dapat dijadikan sebagai cara ataupun referensi oleh guru untuk
merencanakan pembelajaran yang mampu memenuhi kebutuhan siswa dan mampu
mengembangkan keterampilan yang dimilii oleh siswa. Pembelajaran melalui
pendekatan tersebut diharapkan mampu melahirkan siswa-siswa yang tidak hanya
memiliki kompetensi yang tinggi terhadap matematika namun juga mampu
mengembangakan keterampilan yang mereka memiliki dengan menggunakan cara mereka
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar