Filsafat adalah olah pikir yang refleksif. Obyek filsafat adalah yang ada
dan yang mungkin ada. Jika obyek tersebut dipersempit lagi menjadi lebih
spesifik maka akan mengahsilkan berbagai macam filsafat. Seperti perkembangan
filsafat pada masa Yunani Kuno, pola pikir masyarakat pada saat itu sangat
mengandalkan mitos untuk menjelaskan alam, seperti gempa bumi dan pelangi serta
selalu mempertanyakan asal-usul dari setiap benda yang ada di bumi. Seperti,
bumi terbuat dari apa, tanah terbuat dari apa, bulan terbuat dari apa, dan
seterusnya. Oleh karena itulah, filsafat pada masa Yunani Kuno terkenal dengan
Filsafat alam.
Menurut obyek yang dipikirkan, filsafat dibagi menjadi dua yaitu jika objek
yang dipikirkan terletak di dalam pikiran dan jika objek yang dipikirkan
terletak di luar piliran. Jika objek yang dipikirkan terletak di dalam pikiran
maka sifatnya adalah tetap dan ideal. Namun jika objek yang dipikirkan terletak
di luar pikiran maka sifatnya berubah. Sebagai contoh, ketika Anda sedang duduk
dan di samping Anda terdapat handphone. Kemudian Anda melihatnya secara
langsung dan dapat menyentuhnya maka handphone tersebut menjadi objek yang
terletak di luar pikiran Anda. Handphone tersebut bersifat berubah.
Namun jika Anda mencoba untuk memejamkan mata dan membayangkan handphone
tersebut. Kemudian, Anda masih membayangkan handphone tersebut maka handphone
tersebut merupakan objek yang terletak di dalam pikiran. Handphone yang ada
dipikiran Anda bersifat ideal dan tetap.
Objek yang terletak di dalam pikiran, mengahsilkan sebuah filsafat yang
diberi nama realisme. Tokoh dari filsafat ini adalah Aristoteles. Sedangkan
untuk objek yang terletak di luar pikiran, menghasilkan sebuah filsafat yang
terkenal dengan nama idealisme. Tokoh utama dari aliran filsafat ini adalah
Plato.
Dilihat berdasarkan banyaknya objek terdapat tiga macam filsafat yaitu
monoisme, dualisme, dan pluralisme. Monoisme adalah ajaran yang menyatakan
bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin dua. Dualisme adalah ajaran yang
menyatakan bahwa hakikat benda itu ada dua. Aliran dualisme mencoba untuk
memadukan dua paham yang saling bertentangan, yaitu materialisme danidealisme.
Menurut aliran dualisme materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat. Materi
muncul bukan karena adanya ruh begitupun ruh muncul bukan karena materi. Aliran
dualisme memandang bahwa alam terdiri dari dua macam hakikat sebagai sumbernya.
Aliran dualisme merupakan paham yang serba dua, yaitu materi dan bentuk.
Pluralisme adalah ajaran yang berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap
macam bentuk itu semuanya nyata.
Munculnya filsafat dapat berawal dari empat hal yaitu berawal dari dimana
obyeknya, apa saja macam-macam obyeknya, objeknya terletak dimana, dan apa saja
karakteristik objek tersebut. Sehingga setiap yang ada dan yang mungkin ada
pasti memiliki filsafat.
Intuisi adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa untuk memahami
kebenaran yang utuh, tetap unik atau keseluruhan yaitu dengan intuisi. Dalam
hal ini, intuisiadalah pengetahuan tingkat yaitu kemampuan tertinggi yang
dimilki oleh manusia. Intuisi ini menangkap obyek secara langsung tanpa melalui
pemikiran rasio. Untuk mengembangkan kemampuan intuisi ini diperlukan suatu
usaha dan latihan secara teru-menerus.
Dengan banyaknya aliran-aliran filsafat menandakan bahwa segala yang ada
dan yang mungkin ada memiliki filsafat. Selain itu segala yang ada dan yang
mungkin ada membawa rahmat dan manfaat bagi kita semua. Sehingga kita harus
selalu beryukur secara terus-menerus dan selalu memohon ampun kepada Tuhan.
Menembus ruang dan waktu adalah mengalami segala perubahan. Sehingga ketika
kita belajar berfilsafat maka belajarlah secara profesional. Yang dimaksud
dengan profesional adalah belajarlah secara intensif dan ekstensif. Intensif
dalam arti yang sedalam-dalamnya dan ekstensif dalam arti yang seluas-luasnya.
Belajar berfilsafat secara profesional dapat dilakukan dengan belajar mengenai
pikian para filsuf. Setelah itu kita relevansikan dan korespondensikan hal
tersebut dengan pengalaman yang kita miliki.
Ruang dan waktu memilki dimensi. Sehingga upaya untuk menembus ruang dan
waktupun berdimensi. Untuk menembus ruang dan waktu dapat dilakukan oleh
siapapun. Waktu menurut Immanuel Kant ada tiga yaitu berurutan, berkelanjutan
dan bergerak liar.
Dimensi ruang ada bermacam-macam yaitu ada ruang dimensi dua, tiga, empat,
dan ruang dengan dimensi n, ruang terbuka, ruang tertutup, ruang kuliah, ruang
kosong, dan seterusnya. Jadi, terdiri atas apa sajakah ruang itu? Ruang itu
meliputi wadah dan isi. Hal-hal yang ada dan yang mungkin ada serta objek-objek
itu meliputi wadah dan isi. Tanpa wadah kita tidak dapat menemukan isi dan
tanpa isi kita tidak dapat menemukan wadah. Sejatinya, wadah dan isi saling
berkaitan satu sama lain.
Sama halnya dengan ruang dan waktu, untuk mengetahui ruang maka kita harus
menggunakan waktu dan untuk mengetahui waktu maka kita harus menggunakan ruang.
Hal itu disebabkan oleh, karena sebenar-benarnya waktu dan sebenar-benarnya
ruang tidak ada dimana-mana. Sebab sebenar-benarnya ruang dan sebenar-benarnya
waktu hanya ada di dalam pikiran kita masing-masing. Hal tersebut merupakan
sebuah intuisi. Sebab kita dapat memahami ruang karena kita menggunakan intuisi
dan intuisi tidak menggunakan definisi. Definisi hanya digunakan sebagai
pertolongan saja.
Untuk itulah, kita sebagai orang yang berilmu harus bisa bersopan dan
santun terhadap ruang dan waktu kita. Sebab dengan kita selalu bersopan dan
santun terhadap ruang dan waktu yang kita miliki masing-masing kita bisa
menerapkan ilmu yang kita miliki sesuai dengan tempatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar