Minggu, 06 Januari 2013

Macam-Macam Berfilsafat



Filsafat adalah olah pikir yang refleksif. Obyek filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Jika obyek tersebut dipersempit lagi menjadi lebih spesifik maka akan mengahsilkan berbagai macam filsafat. Seperti perkembangan filsafat pada masa Yunani Kuno, pola pikir masyarakat pada saat itu sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan alam, seperti gempa bumi dan pelangi serta selalu mempertanyakan asal-usul dari setiap benda yang ada di bumi. Seperti, bumi terbuat dari apa, tanah terbuat dari apa, bulan terbuat dari apa, dan seterusnya. Oleh karena itulah, filsafat pada masa Yunani Kuno terkenal dengan Filsafat alam.
Menurut obyek yang dipikirkan, filsafat dibagi menjadi dua yaitu jika objek yang dipikirkan terletak di dalam pikiran dan jika objek yang dipikirkan terletak di luar piliran. Jika objek yang dipikirkan terletak di dalam pikiran maka sifatnya adalah tetap dan ideal. Namun jika objek yang dipikirkan terletak di luar pikiran maka sifatnya berubah. Sebagai contoh, ketika Anda sedang duduk dan di samping Anda terdapat handphone. Kemudian Anda melihatnya secara langsung dan dapat menyentuhnya maka handphone tersebut menjadi objek yang terletak di luar pikiran Anda. Handphone tersebut bersifat berubah.
Namun jika Anda mencoba untuk memejamkan mata dan membayangkan handphone tersebut. Kemudian, Anda masih membayangkan handphone tersebut maka handphone tersebut merupakan objek yang terletak di dalam pikiran. Handphone yang ada dipikiran Anda bersifat ideal dan tetap.
Objek yang terletak di dalam pikiran, mengahsilkan sebuah filsafat yang diberi nama realisme. Tokoh dari filsafat ini adalah Aristoteles. Sedangkan untuk objek yang terletak di luar pikiran, menghasilkan sebuah filsafat yang terkenal dengan nama idealisme. Tokoh utama dari aliran filsafat ini adalah Plato.
Dilihat berdasarkan banyaknya objek terdapat tiga macam filsafat yaitu monoisme, dualisme, dan pluralisme. Monoisme adalah ajaran yang menyatakan bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin dua. Dualisme adalah ajaran yang menyatakan bahwa hakikat benda itu ada dua. Aliran dualisme mencoba untuk memadukan dua paham yang saling bertentangan, yaitu materialisme danidealisme. Menurut aliran dualisme materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat. Materi muncul bukan karena adanya ruh begitupun ruh muncul bukan karena materi. Aliran dualisme memandang bahwa alam terdiri dari dua macam hakikat sebagai sumbernya. Aliran dualisme merupakan paham yang serba dua, yaitu materi dan bentuk. Pluralisme adalah ajaran yang berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.
Munculnya filsafat dapat berawal dari empat hal yaitu berawal dari dimana obyeknya, apa saja macam-macam obyeknya, objeknya terletak dimana, dan apa saja karakteristik objek tersebut. Sehingga setiap yang ada dan yang mungkin ada pasti memiliki filsafat.
Intuisi adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa untuk memahami kebenaran yang utuh, tetap unik atau keseluruhan yaitu dengan intuisi. Dalam hal ini, intuisiadalah pengetahuan tingkat yaitu kemampuan tertinggi yang dimilki oleh manusia. Intuisi ini menangkap obyek secara langsung tanpa melalui pemikiran rasio. Untuk mengembangkan kemampuan intuisi ini diperlukan suatu usaha dan latihan secara teru-menerus.
Dengan banyaknya aliran-aliran filsafat menandakan bahwa segala yang ada dan yang mungkin ada memiliki filsafat. Selain itu segala yang ada dan yang mungkin ada membawa rahmat dan manfaat bagi kita semua. Sehingga kita harus selalu beryukur secara terus-menerus dan selalu memohon ampun kepada Tuhan.
Menembus ruang dan waktu adalah mengalami segala perubahan. Sehingga ketika kita belajar berfilsafat maka belajarlah secara profesional. Yang dimaksud dengan profesional adalah belajarlah secara intensif dan ekstensif. Intensif dalam arti yang sedalam-dalamnya dan ekstensif dalam arti yang seluas-luasnya. Belajar berfilsafat secara profesional dapat dilakukan dengan belajar mengenai pikian para filsuf. Setelah itu kita relevansikan dan korespondensikan hal tersebut dengan pengalaman yang kita miliki.
Ruang dan waktu memilki dimensi. Sehingga upaya untuk menembus ruang dan waktupun berdimensi. Untuk menembus ruang dan waktu dapat dilakukan oleh siapapun. Waktu menurut Immanuel Kant ada tiga yaitu berurutan, berkelanjutan dan bergerak liar.
Dimensi ruang ada bermacam-macam yaitu ada ruang dimensi dua, tiga, empat, dan ruang dengan dimensi n, ruang terbuka, ruang tertutup, ruang kuliah, ruang kosong, dan seterusnya. Jadi, terdiri atas apa sajakah ruang itu? Ruang itu meliputi wadah dan isi. Hal-hal yang ada dan yang mungkin ada serta objek-objek itu meliputi wadah dan isi. Tanpa wadah kita tidak dapat menemukan isi dan tanpa isi kita tidak dapat menemukan wadah. Sejatinya, wadah dan isi saling berkaitan satu sama lain.
Sama halnya dengan ruang dan waktu, untuk mengetahui ruang maka kita harus menggunakan waktu dan untuk mengetahui waktu maka kita harus menggunakan ruang. Hal itu disebabkan oleh, karena sebenar-benarnya waktu dan sebenar-benarnya ruang tidak ada dimana-mana. Sebab sebenar-benarnya ruang dan sebenar-benarnya waktu hanya ada di dalam pikiran kita masing-masing. Hal tersebut merupakan sebuah intuisi. Sebab kita dapat memahami ruang karena kita menggunakan intuisi dan intuisi tidak menggunakan definisi. Definisi hanya digunakan sebagai pertolongan saja.
Untuk itulah, kita sebagai orang yang berilmu harus bisa bersopan dan santun terhadap ruang dan waktu kita. Sebab dengan kita selalu bersopan dan santun terhadap ruang dan waktu yang kita miliki masing-masing kita bisa menerapkan ilmu yang kita miliki sesuai dengan tempatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar